Rabu, 30 April 2008

Politik Dungu

Gw punya kejadian lucu beberapa hari yang lalu. Saat menyelesaikan sebuah urusan dikantor pemerintah. Seorang bapak-bapak dari sebuah partai kayaknya, juga lagi urusan, minta duit. Buat acara apa gitu...., gw gak jelas juga. Cuman terbetik dalam pemikiran gw, betapa lemahnya sistem politik partai kita. Seharusnya yang namanya partai itu dibangun dari basis massa kan. Sehingga untuk urusan biaya jalan-jalan kayak gini tidak perlu minta sama pemerintah. Kemudian ceritanya berlanjut man. Ada bapak-bapak juga yang datang lebih duluan dari gw, sedang bapak yang tadi belakangan, maksa pula ingin cepat-cepat. Nah dia ini datang juga buat minta duit buat urusan menjid, dikampung nya sono. Terbangunlah sebuah percakapan, tentang partai tadi, si bapak yang urusan mesjid nanya, dikampungnya sono ada ngga cabang partai bla bla tadi. Yang urusan partai jawab, ada sih cuman ngga bagus, trus dia langsung nanyain tuh bapak yang urusan mesjid mau ngga ngurusin cabang partai tersebut dikampungnya dia. Tuh bapak-bapak yang urusan mesjid bilang mikir-mikir dulu, hehehe sambil malu-malu. Tergambar bukan bukan betapa lemahnya sistim perpolitikan partai kita, sehingga fungsi partai sebagai kontrol dan oposisi bagi pemerintah wajar menjadi sangat lemah, kalau tidak mau dibilang tidak ada. Hal ini juga terjadi karena elit partai dikita umumnya hidup terpisah dari basisnya. sehingga menggunakan masyarakat hanya ketika akan Pemilu. Masyarakat menerima partai sebagai mesin uang, bukan untuk tujuan perjuangan politik. pengertian politik didalam partai pun sudah terdistorsi, menjadi sekedar merebut kekuasaan. Hal lain adalah bahwa partai politik kita tidak punya garis idiologi yang jelas. Ada juga yang mendompleng agama sebagai idiologinya, kemudian mengakui pemeluk agama tertentu sebagai basis massanya. Yang terjadi adalah mereka tidak punya massa yang valid kecuali massa mengambang. Masyarakat sekali lagi menjadi pihak yang terbodohi karena kurangnya pendidikan politik baik oleh partai ataupun pemerintah dan juga dunia pendidikan, maka yang ada adalah 20 ribu untuk satu suara. Bahkan hak dan cita-citapun sudah terbeli. Opo ikiiiiiii.......

Kamis, 24 April 2008

SEPI

Kegelapan hanyalah ilusi pada indera, cahaya bisa datang dari hati, jika itu mungkin. Aku ingin lepaskan kegamangan jika pertarungan ini sudah selesai.

?????

Sebuah dunia baru saja dimulai, ketika angin memahatkan jejak nya pada lautan. Buih mengambang meninggalkan laut, meresap ke pasir pantai. Jangan.....! jangan tinggalkan jejak kakimu pada pasir, itu akan menyakitimu. Pandang saja nyiur yang melambai itu, dia mengajak kita terbang menuju awan putih di ujung karang sana. Cecamar di seberang pandang, menepis buih, mengambil inti kehidupan untuk kita nikmati bersama. Kau, aku, cecamar itu adalah impian yang ada dalam sandiwara dipanggung manusia.

Minggu, 06 April 2008

Batin Curam

Ku usap air mata
dengan untaian kabut

Di ujung jeram
kau hadir

Desau tirta
pada malam

Hilang

Aku tenggelam

Sepi..........,

"

Hawa hitam berkumpul dihatiku
naik kemataku
Hitam ; harus hati2 sekarang
mautmu tinggal sejengkal
menjauhlah.........!

Aku menjadi Aku

Berkelana pada rimba malam
tersenyum simpul pada bulan ;
sebuah purnama dirimba malam
hiasan awan sebentuk awan

Mencecap kabut dari gunung
lembah hijau mengelam
raungan srigala jalang
menyalakan inti kehidupan

Menjadi badai
mengelana langit
menepi kepantai
menepis cita legit

Tujuh samudra bertepi tembaga
tempat singgah para pemberani
lepas angan nista
lalu menjadi sunyi

Terpisah ribuan kali pada titik mati
oh...., Betara Kali
sebarkan bumi bibit abadi
biarkan tumbuh jiwa suci

Kembali

Kuterabas ilalang di padang
memahat jejak pada angin
mengalun ;
mengejar ujung langkah

Aku ingin berpaling
pada riang kutilang
didahan rindang
berpeluk irama dundang

senjakala merah diujung ufuk
menyampaikan alamat pada nurani
bahwa senja sudah datang
kembali saja pada rentang langkah

Dua wajah tersenyum

Dua wajah muram
tersenyum padaku
mengabarkan masa depan
negeri yang gemilang

Makmur
sementara minyak tanah
susah didapat

Rindang
sementara hutan
meranggas redam

Riang
sementara anak negri
dijual keluar negri

Subur
sementara petani
susah memanen
ladangnya sudah terbeli

Dua wajah muram
tersenyum tipu tipu
bilang petani yang salah
hutan akan tumbuh
anak negri akan kembali

Sementara parade tikus
meringis tersenyum
sambil kentut
lalu menari lagu nostalgia

Kerbau
tak lagi kuat menarik bajak
rumput dikorupsi

Mari kita angkat pedang !!!
acungkan kelangit !!!
rebut kuasa salah atas negri ini ....,